Sabtu, 11 Februari 2012

Energi itu menggebu lagi....


BISMILLAHIRAHMANIRAHIM
Semoga tak ada yang tersinggung dengan tulisan ini. Terkhusus sahabatku
sahabat, kurang lebih satu setengah tahun kita bersama menjalani kehidupan di gunung pangilun ini, bersama melangkahkan kaki menyusuri jalan-jalan setapak menuju kampus kita yang sederhana ini. Kita melangkah bersama, berorganisasi bersama, belajar bersama, saling berbagi cerita, saling berbagi suka dan saling menampung air mata, terkadang kita bertengkar dengan hal-hal yang sepele, tapi mungkin memang itulah bumbu-bumbu persahabatan yang akan menyempurnakan racikan persahabatan  kita. Maaf sahabat, sempat terbesit kekecewaan dalam hati ini saat kalian tak ikut serta dalam kegiatan lokal kita “foto bareng selokal” ke Pariaman, aku tahu dan mengerti alasan kalian.
“Mimi mau pulang kampung karna udah satu semester gak pulang kan mi?” aku mengerti dan merasakan kerinduan yang sama.
“Dhanti memang tak suka dengan acara-acara seperti ini, banyak mudharatnyakan?” Sebenarnya aku juga nggak ingin ikut, aku juga rindu dengan keluargaku di rumah, tapi kalau aku fikir-fikir, nanti pandagan warga lokal ke kita gimana? Nanti kita dianggap cuek, nggak peduli sama kekompakan local kita. Dan akhirnya kita dianggap terlalu tertutup.
Jujur, sampai saat sekarang aku masih ragu, mau ikut atau tidak. Aku ragu! Jika aku pergi tanpa kalian, acara itu akan hampa bagiku.
Dalam keraguan kulangkahkan kaki ke masjid, ternyata di masjid ada kak Ad -MR lama kita-
Ku ceritakan kebingungan ini,
“Kak, Ulya bingung kenapa Dhanti nggak mau ikut foto-foto bareng lokal. Katanya dia memang nggak suka kak, Ulya nggak tau apa alasannya kak, memang salah ya kak, pergi foto-foto bareng temen-temen selokal?” perlahan kuceritakan semuanya, kebingunganku akan alasan mengapa Dhanti nggak mau ikut foto-foto ke Pariaman.
“Begini Ulya, mungkin Dhanti ada alasan yang syar’i untuk tidak ikut acara foto-foto itu.” Tapi aku masih belum tenang,,,
“Tapi apa kak? Bukannya jika Dhanti, Mimi nggak ikut dan jika Ulya juga nggak ikut, itu berarti kalangan jilbaber aja yang nggak ikut foto-foto kak, nah,,, apa yang dikatakan teman-teman nanti? Pasti mereka menganggap kalangan jilbaber itu terlalu “ekstrim” nggak mau berbaur dengan yang ‘ammah.”
Kakak tersenyum, memandangku dan menjawab
“kita punya komitmen dek, kita berpegang pada 2 buhul. Buhul itu Al-qur’an dan Al-hadist. Sekarang coba Ulya fikir. Apa mamfaatnya Ulya ikut foto-foto itu? Apalagi tempatnya di Pariaman.”
“Untuk menjalin kekompakkan kak,”  dengan semangat aku menjawab.
“Ulya, menjalin kekompakkan itu tidak seperti itu caranya dek. Kalau Ulya pergi kesana apa coba mamfaatnya? Hanya berhura-hurakan? Akan lebih baik jika kita menjalin kekompakan dengan hal-hal yang lebih bermamfaat seperti bakti social, takziah kerumah teman, menjenguk teman yang sakit secara bersama-sama. Kalau seperti itukan mamfaatnya dapat, kekompakannya juga dapat, gimana dek?”
Setelah ku fikir-fikir benar juga yang dikatakan kakak. Dan ku putuskan untuk nggak ikut ke Pariaman, terserah apa yang akan dibilang teman-teman selokal. Aku dengan komitmenku, aku dengan 2 buhul itu.
Terima kasih kak, kurasakan energy baru mengalir dalam darah ku, membangkitkan semangatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar